SOLO – Tim mahasiswa Pendidikan Profesi Fisioterapis Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar penyuluhan kesehatan nyeri punggung bagian bawah di Puskesmas Weru, Sukoharjo pada 22 Agustus 2025. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi dini dan pencegahan nyeri punggung bawah.
Koordinator Kelompok 2 Angkatan X, Angelita Noor Ramadhini, S.Kes., mengungkapkan nyeri punggung bawah menjadi salah satu penyebab utama disabilitas di seluruh dunia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), terdapat sekitar 619 juta orang dari berbagai belahan dunia mengalami kondisi ini pada tahun 2020. Angka tersebut diperkirakan akan melonjak hingga 843 juta kasus pada tahun 2050 yang disebabkan karena pertumbuhan populasi.
“Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2021 menunjukkan nyeri punggung bawah menempati posisi kedua setelah influenza sebagai penyakit terbanyak, mencapai 7,6% hingga 37% populasi. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2022 mencatat 314.492 orang menderita nyeri punggung bawah, sedangkan data Dinas Kesehatan Kota Surakarta tahun 2022–2023 terdapat total 1.034 kasus nyeri punggung bawah yang dilaporkan,” paparnya, Kamis (18/9/2025).
Rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam penyuluhan meliputi pemeriksaan darah, pemeriksaan spesifik nyeri punggung bawah, edukasi melalui brosur panduan Latihan mandiri, hingga demonstrasi latihan fisik. Selain itu, beberapa pasien secara aktif membagikan pengalaman hidupnya ketika mengalami kondisi ini.
Melalui kegiatan ini, lanjut Angelita, mahasiswa dan pihak Puskesmas berharap masyarakat lebih peduli terhadap kesehatan tulang belakang dan tidak menganggap sepele keluhan nyeri punggung bawah.
"Harapan kami, penyuluhan ini bisa meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya deteksi dini nyeri punggung bawah dan memberikan pengetahuan tentang posisi ergonomis serta tips pencegahan," ungkap mahasiswa Pendidikan Profesi Fisioterapis UMS itu.
Dokter Umum Puskesmas Waru, dr. Titis, menjelaskan bahwa nyeri punggung bawah kerap dianggap sepele oleh masyarakat. Hal ini mengakibatkan banyaknya masyarakat yang menunda melakukan pemeriksaan hingga kondisi semakin memburuk.
"Nyeri punggung bawah menjadi masalah serius karena dapat mengganggu aktivitas dan mobilitas. Kondisi ini rentan dialami oleh mereka yang pernah mengalami trauma, lansia dengan osteoporosis, maupun pekerja dengan beban fisik yang berat," jelasnya, Jum’at (22/9).
Ia mengungkap, keluhan ini biasa muncul dalam bentuk rasa sakit, pegal atau tidak nyaman pada punggung bagian bawah. Kondisi ini dapat dipicu mulai dari kebiasaan duduk terlalu lama, berdiri dalam durasi Panjang, membungkuk berulang, hingga mengangkat beban berat.
Kegiatan penyuluhan ini juga berkolaborasi dengan program rutin Puskesmas Weru yaitu Senam Raga Bugar yang dilakukan setiap hari Jum’at dan diikuti oleh para lansia. Program senam ini mencakup senam untuk diabetes melitus, hipertensi, koordinasi, hingga inovasi gerakan senam baru.
"Senam ini tidak hanya menyehatkan, tapi juga bikin masyarakat happy. Rasa bahagia itu penting, karena happy bisa mengurangi nyeri," lanjut Eni, Tim Promosi Kesehatan Puskesmas Weru.
Muji, salah satu pasien yang bekerja sebagai penjahit dan tukang potong rambut juga mengeluhkan rasa sakit yang kadang dirasakannya.
“Awalnya hanya sakit di punggung, tapi lama-lama menjalar sampai ke kaki. Sekarang saya tidak kuat duduk lama. Kalau menjahit atau memotong rambut, maksimal satu jam harus berhenti karena terasa panas,” kata dia.
Pasien lain juga turut membagikan pengalamannya. "Awalnya saya ke dokter karena nyeri tidak hilang-hilang. Saya pernah jatuh dari sepeda dengan posisi duduk. Sejak itu kalau angkat barang berat atau bersih-bersih halaman, sakitnya muncul. Tapi setelah fisioterapis rutin, sekarang lumayan berkurang," tuturnya.
Menanggapi hal tersebut, Fisioterapis Puskesmas Weru, Fifit Fidya Atmaja, AMF, menekankan pentingnya latihan fisik dan postur tubuh yang benar. "Mengurangi rasa sakit dengan exercise berarti meningkatkan kekuatan dan fleksibilitas otot, sehingga pasien bisa beraktivitas dengan maksimal tanpa membebani punggung," jelasnya.

0 Komentar