Ticker

6/recent/ticker-posts

UMS Gelar Kajian Tafsir Al-Qur’an: Kupas Surat Al-Baqarah Ayat 40-50 tentang Perintah ke Bani Israil untuk Beriman kepada Allah

Dr. Ainur Rha’in Bakrun, S.Th.I, M.Th., Dosen Progam Studi Ilmu Qur’an dan Tafsir (IQT) Fakultas Agama Islam (FAI) UMS. Foto: Ist.

SOLO - Dalam rangka meningkatkan spiritualitas tenaga pendidik kampus, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menyelenggarakan Kajian Tafsir Al-Qur’an Online. Pada kesempatan ini Dr. Ainur Rha’in Bakrun, S.Th.I, M.Th., selaku Dosen Progam Studi Ilmu Qur’an dan Tafsir (IQT) Fakultas Agama Islam (FAI) menjadi narasumber dan mengupas surat Al-Baqarah ayat 40-50 tentang perintah terhadap Bani Israil untuk beriman kepada Allah SWT.

Ainur Rha’in Bakrun yang akrab dipanggil Rha’in mengawali pengajian dengan mengulas sedikit asal-usul Bani Israil. Kata israil merupakan nama lain dari Nabi Ya’qub AS. oleh karena itu Bani israil disebut sebagai keturunan Nabi Ya’qub AS.

“Israil adalah nama lain dari Nabi Ya’qub, sehingga Bani Israil ini disebut sebagai kaum keturunan Nabi ya’qub,” jelasnya, Minggu, (23/11).

Dalam ayat 40 berisi tentang perintah Bani Israil untuk mengingat nikmat-nikmat yang telah diberikan Allah SWT, serta untuk memenuhi janji-janjinya kepada Allah, sebagai bentuk keimanan kepadanya.

“Terdapat peringatan kepada Bani Israil atas nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah SWT, serta perintah untuk memenuhi janji-janjinya sebagai bentuk keimanan mereka kepada Allah SWT,’’ ungkapnya.

Pada ayat ke 41, Rha’in menekankan adanya perintah terhadap Bani Israil untuk mengimani Al-Qur’an. Diturunkannya Al-Qur’an sebagai pembenar atas kitab (taurat) yang telah diturunkannya dahulu.

Memasuki ayat 42, ia menyoroti sifat Bani Israil yang menutupi kebenaran Nabi Muhammad SAW atas kekecewaan mereka terhadap pengutusan Nabi terakhir bukan dari golongan mereka.

“Bani Israil itu kecewa atas diutusnya Nabi terakhir yang bukan dari golongan mereka, sehingga mereka menutup-nutupi sifat-sifat kebenaran Nabi Muhammad, dengan menghapus sebagian sifat-sifat Muhammad yang ada pada kitabnya,” terangnya.

Ia juga mengumpamakan perbuatan Bani Israil ini dengan pemimpin-pemimpin yang tidak mau mengungkapkan kebenaran, atas dasar kekhawatiran kehilangan kedudukan/jabatannya.

“Hal ini juga terjadi pada saat ini, banyak pemimpin-pemimpin yang tidak berani menegakkan kebenaran, karena khawatir akan kehilangan kedudukannya,” paparnya.

Ayat 43 memerintahkan Bani Israil untuk melaksanakan salat, membayar zakat, serta menjaga persatuan. Ia mengungkapkan bahwa salat berjamaah itu dijadikan sebagai cerminan kehidupan sosial, yang mana dalam kehidupan itu tidak bisa dijalankan dengan sendirinya, layaknya salat berjamaah.

Kemudian ayat 44 dijelaskan adanya kecaman pada Bani Israil atas dirinya yang selalu meminta untuk berbuat baik, akan tetapi lupa akan dirinya sendiri. Maka pada ayat itu, Allah memberikan penekanan pada lafadz اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ (tidakkah kamu mengerti?), sebagai pengingat agar mengintropeksi diri terlebih dahulu sebelum menyuruh orang lain.

Ayat 45-46 menyeru kepada hamba untuk memohon pertolongan selalu kepada Allah dengan wasilah sabar dan sholat yang dikerjakan secara khusyuk.

 Ibn Jarir mengartikan “sabar” pada ayat ini dengan puasa. Maka, dalam artian ini mengerjakan puasa dan sholat harus secara khusyuk. Khusyuk ialah meyakini bahwa akan bertemu dengan tuhan di setiap mengerjakan amalan.

 

يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اذْكُرُوْا نِعْمَتِيَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَاَنِّيْ فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعٰلَمِيْنَ ۝٤٧

 Allah kembali mengingatkan Bani Israil pada ayat 47 dengan seruan bahwa Allah telah memberi anugerah yang melebihi pemberian Allah terhadap umat lain. Hal ini menunjukkan bahwa Bani Israil pada saat itu menjadi umat yang dilebihkan atas bangsa yang lain.

Selanjutnya, Rha’in menuturkan bahwa terdapat pesan tersirat untuk menyiapkan amalan-amalan baik sebelum datangnya hari kiamat. Seperti yang difirmankan Allah SWT pada ayat 48 bahwa ketika hari kiamat tidak akan ada yang bisa menolong seseorang atau ditolong seseorang sekalipun.

Sebagai penutup, melalui ayat 49-50 menggambarkan bagaimana Allah SWT menyelamatkan Bani Israil dari belenggu siksaan dan kekejaman Raja Fir’aun, dengan menghanyutkan Raja Fir’aun melalui kebesaran dan kekuasaan Allah.

Posting Komentar

0 Komentar