SOLO – Universitas
Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menegaskan komitmennya sebagai institusi
pendidikan tinggi yang tak sekadar mencetak sarjana. UMS juga membentuk manusia
paripurna cerdas secara intelektual, kuat secara spiritual, dan tangguh dalam
pengabdian sosial.
Hal ini ditegaskan oleh
Rektor UMS, Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum., dalam amanatnya pada upacara
peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Jumat (2/5), di halaman Gedung
Induk Siti Walidah. Dalam pidatonya, Rektor UMS mengingatkan kembali esensi
pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia. Mengutip pemikiran KH Ahmad
Dahlan, beliau menyampaikan bahwa pendidikan adalah jalan panjang menuju
kemerdekaan sejati, bukan semata proses administratif atau formalitas akademik.
“Pendidikan bukan hanya
soal datang ke kampus, mengajar, atau mengikuti sistem. Pendidikan adalah jalan
kebudayaan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk peradaban. Di UMS,
kita sedang menapaki jalan itu dengan penuh kesadaran,” tegasnya.
Sebagai kampus milik
Persyarikatan Muhammadiyah yang telah berusia lebih dari satu abad, UMS dinilai
memiliki tanggung jawab historis sekaligus moral untuk menjadi motor perubahan
sosial. Dalam konteks ini, Harun menegaskan visi UMS sebagai Kampus Penggerak
dan Berdampak.
Visi ini bukan sekadar
jargon, melainkan program nyata yang mulai direalisasikan melalui pelibatan
aktif dosen dan tendik dalam penguatan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dan
pemberdayaan masyarakat sekitar.
“Setiap dosen dan tenaga kependidikan
harus punya komitmen membesarkan AUM. Jangan ada AUM dalam radius dua kilometer
yang tidak hidup karena kita abai. Ini soal ghirah kita sebagai bagian dari
gerakan Muhammadiyah,” imbuhnya.
UMS juga menjadi salah
satu kampus Muhammadiyah yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Tinggi,
Sains, dan Teknologi (Kemendikti Saintek) sebagai Kampus Riset Berdampak. Dalam
program ini, setiap proposal penelitian dosen yang lolos seleksi akan mendapat
dukungan ganda dari Lembaga Pendanaan Dana Pendidikan (LPDP), sebagai bentuk
dorongan agar riset di perguruan tinggi tidak berhenti di jurnal, tetapi
menyentuh problem riil masyarakat.
“UMS adalah tempat ibadah
kita. Mengajar, meneliti, dan mengabdi di sini harus dilandasi niat ibadah.
Maka kita tidak boleh puas hanya dengan status atau pencapaian pribadi. Guru
besar itu bukan sekadar gelar, tapi kontribusi untuk institusi dan umat,” ucapnya.
Dalam upaya
mengintegrasikan nilai keislaman, kemuhammadiyahan, dan keunggulan akademik,
Rektor UMS mengajak seluruh sivitas akademika menjadikan “IMUM” yakni Islami,
Mencerahkan, Unggul, dan Mendunia sebagai identitas kolektif UMS. Identitas ini
bukan hanya simbol, tetapi prinsip kerja dan arah gerak bersama di tengah
tantangan global.
Dari sisi kinerja kelembagaan,
UMS mencatatkan peningkatan signifikan dalam Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB)
tahun akademik 2025/2026. Data terakhir per 2 Mei 2025 menunjukkan jumlah
pendaftar telah mencapai 2.924 orang, meningkat dibandingkan periode yang sama
pada tahun lalu yang tercatat sebanyak 2.225 pendaftar. Hal ini mencerminkan
semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kualitas pendidikan di
UMS. Mengakhiri pidatonya, Rektor UMS mengajak seluruh elemen kampus untuk
memperkuat solidaritas dan kerja berjamaah dalam membangun institusi.
“Mari kita niatkan
semuanya untuk ibadah. Pendidikan bukan pekerjaan individual. Ini kerja
kolektif. UMS harus menjadi pusat pencerahan yang memberi dampak luas, tidak
hanya di ruang kelas, tetapi sampai ke akar rumput masyarakat,” pungkasnya.

0 Komentar