SUKOHARJO - Rektor
Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, S.E.,
M.Hum menghadiri Sarasehan Refleksi Milad ke-116
Muhammadiyah. Kegiatan diselenggarakan Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM)
Kabupaten Sukoharjo.
Acara berlangsung di SMK
Muhammadiyah 1 Sukoharjo pada Selasa (3/6) malam dan menjadi momentum reflektif
arah gerakan persyarikatan ke depan. Dalam sambutannya, Harun menekankan
pentingnya tiga kunci karakter utama bagi kader Muhammadiyah: sadar
(meaningful), sami'na wa atho'na (ketaatan total), dan senang (kegembiraan
dalam berkhidmat). Ketiganya menjadi pondasi dalam membentuk pribadi pelopor
dan pemersatu yang diperlukan untuk menjawab tantangan zaman.
“Warga Muhammadiyah harus
sadar akan misi besar gerakan ini. Taat terhadap keputusan jam’iyah, dan
menjalankannya dengan hati yang gembira. Jangan setengah-setengah,” ujar Harun dalam
keterangan tertulis yang dikutip Senin
Ia juga menyampaikan bahwa
Muhammadiyah harus hadir dan berdampak di setiap sudut kehidupan bangsa, mulai
dari pendidikan, ekonomi, hingga penguatan masyarakat akar rumput. Dalam
konteks itu, UMS sebagai bagian dari Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) terus
berkomitmen menjadi university leader yang pelopor dan dicintai umat.
Lebih jauh, Harun
menambahkan bahwa UMS menerapkan prinsip ‘one dosen one AUM’ dan ‘one tendik
one AUM’, serta menekankan program ‘one dosen one riset’ dan ‘one dosen one
pengabdian masyarakat’. Program ini menjadi wujud nyata keterikatan kampus
dengan amal usaha Muhammadiyah serta ‘Aisyiyah, ranting, dan komunitas lokal.
Menurutnya, model kerja ini membuat UMS semakin membumi dan lengket dengan
seluruh elemen persyarikatan.
“Selain itu, UMS terus
menguatkan integrasi antara akademisi dan amal usaha Muhammadiyah dengan
program ‘one dosen one AUM’, ‘one tendik one AUM’, serta ‘one dosen one riset
dan pengabdian’. Ini menjadi wujud komitmen kami agar kampus semakin membumi
dan lengket dengan Muhammadiyah ‘Aisyiyah, ranting, dan masyarakat di sekitar,”
jelas Prof. Harun.
Rektor UMS itu menyoroti
bahwa saat ini Muhammadiyah telah mengelola lebih dari 172 perguruan tinggi
Muhammadiyah ‘Aisyiyah di seluruh Indonesia, termasuk proses akuisisi kampus di
Jakarta dengan nilai Rp600 miliar. "Itu bukti kesungguhan persyarikatan
dalam membangun masa depan umat melalui pendidikan," jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengajak
seluruh kader, termasuk ‘Aisyiyah, untuk menguatkan kolaborasi dengan kampus
dalam pengembangan program pengabdian masyarakat. Menurutnya, para ibu-ibu
‘Aisyiyah saat ini telah menunjukkan ketangguhan, kekompakan, dan daya juang
luar biasa dalam menggerakkan berbagai inisiatif sosial.
“Di berbagai tempat, yang
paling aktif dan konsisten itu justru ibu-ibu. Saya kira ketangguhan ‘Aisyiyah
inilah salah satu kekuatan utama gerakan Muhammadiyah ke depan,” katanya
disambut tepuk tangan hadirin.
UMS, kata Harun, terus
bertransformasi menjadi kampus kelas dunia dengan semangat kolektif, gotong
royong, dan kepemimpinan kolegial. Ia menyebut UMS tidak hanya mengejar
predikat akademik, tetapi juga ingin menjadi universitas yang dekat dengan
umat, menyatu dengan gerakan dakwah dan pemberdayaan.
“Kita ingin membangun
universitas yang tak hanya unggul secara akademik, tapi juga memberi manfaat
langsung bagi masyarakat dan persyarikatan. Sebab itu, kampus dan gerakan
Muhammadiyah harus selalu selaras, saling memperkuat,” pungkasnya.
0 Komentar