SOLO - Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali mencatatkan pencapaian signifikan dalam penerimaan mahasiswa internasional. Pada batch pertama tahun 2025 saja, jumlah pendaftar mahasiswa asing telah mencapai 5.647 orang dari berbagai negara.
Wakil Rektor V UMS, Prof.
Supriyono, S.T., M.T., Ph.D., menyampaikan bahwa jumlah ini merupakan indikator
positif meningkatnya kepercayaan masyarakat internasional terhadap UMS.
“Kalau tahun lalu, total
pendaftar mahasiswa asing tahun 2024 total berjumlah 8.456. Sekarang baru batch
pertama saja sudah mencapai lebih dari 5.647 belum lagi di batch kedua. Ini
menunjukkan penyebaran informasi dan kepercayaan masyarakat global terhadap UMS
semakin luas dan meningkat,” ujar Supriyono dalam keterangan tertulis yang dikutip,
Sabtu (7/6/2025).  
Meski begitu, peningkatan
jumlah pendaftar juga membawa tantangan tersendiri dalam proses seleksi.
“Dengan semakin banyaknya peserta dari berbagai negara, seleksi menjadi lebih
ketat. Ini bukan hal yang mudah, karena kita harus memastikan kualitas dan kesiapan
mereka untuk belajar di UMS,” tambahnya.
Dalam konteks pengembangan
internasionalisasi kampus, Supriyono yang baru saja dilantik kembali sebagai
Wakil Rektor V UMS menegaskan pentingnya strategi baru untuk menjawab tantangan
global.
“Ke depan, fokus kita
adalah meningkatkan mobilitas internasional, baik mahasiswa UMS yang keluar
negeri maupun mahasiswa asing yang datang ke UMS,” terangnya.
UMS juga terus berkomitmen membentuk civitas academica dengan wawasan global. “Harapan kami, warga akademik UMS menjadi ‘Global Citizen’, dengan pola pikir global. Artinya, mereka siap tinggal dan berkontribusi di Jepang, Eropa, Amerika, atau di mana saja, asalkan tetap membawa misi dakwah dan nilai-nilai luhur Muhammadiyah,” tegasnya.
Dengan target peningkatan
jumlah pendaftar dan peningkatan kualitas mobilitas internasional, UMS terus
memperkuat posisinya sebagai kampus unggul berkelas dunia yang berbasis pada
nilai-nilai keislaman dan kemanusiaan global.
Kepala Biro Kerja Sama dan
Urusan Internasional (BKUI) UMS, Andy Dwi Bayu Bawono, S.E., M.Si., Ph.D.,  juga menambahkan bahwa kalau melihat tren
saat ini, jumlah pendaftar batch satu saja sudah menyentuh 5.647. Tahun lalu
total pendaftar mencapai 8.456. Jadi kami optimistis tahun ini bisa menembus
angka 10 ribu pendaftar.
Andy menyebutkan bahwa
sistem penerimaan mahasiswa internasional kini dibagi menjadi dua batch setiap
tahunnya agar memberi kesempatan lebih luas. "Batch kedua rencananya akan
dibuka sekitar bulan Juli, menyusul selesainya proses pendaftaran dan seleksi
batch pertama yang kini sudah masuk tahap program Bahasa Indonesia Penutur
Asing (BIPA)," jelasnya.
UMS menyediakan tiga skema
pembiayaan bagi mahasiswa asing, yaitu beasiswa penuh, beasiswa parsial, dan
jalur mandiri. “Beasiswa penuh mencakup biaya hidup dan pendidikan. Beasiswa
parsial hanya mencakup tuition fee, sedangkan sisanya ditanggung mahasiswa.
Sementara itu, yang jalur mandiri biasanya berasal dari negara-negara terdekat
seperti Timor Leste,” terang Andy.
Selain beasiswa dari UMS,
mahasiswa juga bisa mengakses dukungan dari berbagai lembaga seperti Lazismu,
Pimpinan Pusat Muhammadiyah, hingga beasiswa Kemitraan Negara Berkembang (KNB)
dari pemerintah Indonesia. Bahkan beberapa mahasiswa mendapat dukungan dari
negara asal mereka masing-masing.
Secara geografis,
mayoritas mahasiswa asing yang mendaftar ke UMS berasal dari kawasan Asia
Selatan seperti Pakistan dan Bangladesh, serta dari berbagai negara Afrika. UMS
juga menerima mahasiswa dari Asia Tenggara, termasuk Thailand, Kamboja, Myanmar,
Filipina, dan Timor Leste, bahkan hingga Fiji dan Madagaskar.
Saat ini, dari total 5.647
pendaftar batch pertama, pendaftar mencakup pada skema penerima beasiswa penuh,
parsial, hingga mandiri. Andy menambahkan, proses internasionalisasi ini adalah
bagian dari visi UMS untuk menjadi universitas berkelas dunia.
“Inklusivitas UMS menjadi
poin penting. Kehadiran mahasiswa asing memperkuat citra UMS sebagai perguruan
tinggi global. Harapannya, para alumni ini nantinya akan menjadi agen
perubahan, bahkan pendakwah Muhammadiyah di negara asal mereka,” ucapnya.
Andy menutup dengan
optimisme, bahwa mahasiswa asing tidak hanya menjadi jembatan diplomasi
pendidikan, tapi juga membawa misi sosial dan dakwah khas Muhammadiyah ke
kancah internasional. 

 
 
 
 
 
 
 
 
0 Komentar