Ticker

6/recent/ticker-posts

1.258 Mahasiswa Ikuti BCA Berbagi Ilmu, UMS dan BCA Tekankan Pentingnya Kompetensi dan Growth Mindset

Foto bersama program BBI di Gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS. Foto: Ist. 

SOLO – Sebanyak 1.258 mahasiswa, 97 persen di antaranya berasal dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), mengikuti kegiatan dari PT Bank Central Asia Tbk (BCA), BCA Berbagi Ilmu (BBI), yang digelar di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Pada kesempatan tersebut, Wakil Rektor I UMS Prof. Ihwan Susila, Ph.D., menegaskan pentingnya pengembangan kompetensi bagi mahasiswa di tengah perubahan zaman yang terus bergerak cepat.

Ihwan menyampaikan bahwa apa yang terlihat saat ini kemungkinan berbeda dengan kondisi di masa mendatang. Karena itu, mahasiswa perlu mengembangkan bakat dan memanfaatkan berbagai peluang untuk meningkatkan kompetensi. Ia menjelaskan bahwa perilaku pembelajaran mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, psikomotorik, dan afektif. Namun, klasifikasi kompetensi kini berkembang mencakup aspek sosial, personal, profesional, dan manajerial.

Mengutip Future of Jobs Survey 2024, Ihwan menyebutkan bahwa dunia kerja menuntut keterampilan utama seperti pemikiran analitis, resiliensi, dan kepemimpinan. "Ini ternyata memang bisa dibangun, tidak hanya bahwa bakat itu naluri atau bawaan, tetapi bisa dibangun," ujarnya Rabu (26/11/2025) di Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS.

Menurutnya, aktivitas akademik seperti ujian dan tugas turut menjadi bagian dari proses membangun daya tahan atau resiliensi mahasiswa. UMS sendiri telah mengantisipasi tantangan tersebut dengan menerapkan kurikulum yang memasukkan mata kuliah life skill. Selain itu, Ihwan mendorong mahasiswa untuk menanamkan sikap atau attitude growth mindset, meningkatkan kemampuan belajar, bekerja sama dalam tim, serta membangun empati.

Ia juga menyampaikan apresiasi terhadap terselenggaranya program BBI di kampus UMS. "Kami sangat mengapresiasi kehadiran BCA di tengah-tengah mahasiswa UMS. Kuliah umum ini menjadi momentum penting bagi kami semua, terutama mahasiswa dan mahasiswi yang kami banggakan demi memperluas wawasan tentang dunia kerja dan pentingnya membangun sikap profesional sejak dini," ungkapnya. 

Ihwan berharap ke depan akan muncul peluang kolaborasi lain antara UMS dan BCA.

Sementara itu, Direktur BCA Antonius Widodo Mulyono menekankan pentingnya keterbukaan terhadap ilmu baru. “Saat dunia bergerak dengan cepat, kita harus terus bersikap terbuka dengan memperkaya ilmu baru. Rasa ingin tahu mesti dipupuk kendatipun sudah tidak berstatus sebagai mahasiswa. Di dunia kerja nanti, kemauan untuk belajar merupakan fondasi agar terus berkembang. Pada akhirnya, kemampuan teknis memang penting di dunia kerja. Namun, saya ingin menggarisbawahi bahwa attitude dan mentalitas tak kalah penting," ujarnya.

Widodo juga menyoroti pentingnya kesiapan mental mahasiswa sebelum terjun ke dunia profesional. Menurutnya, dinamika dunia kerja berjalan lebih cepat dibandingkan lingkungan kampus, sehingga diperlukan kemampuan beradaptasi dan pengelolaan emosi. "Fresh graduate biasanya akan kaget dengan dinamika dunia kerja yang bergerak cepat. Meskipun kemampuan akademik penting, jangan lupakan juga ketangguhan mental dan kedewasaan emosional. Saat kita mampu mengelola emosi dengan baik, tantangan seberat apapun dapat kita lalui dengan baik,” imbuhnya.

Selain memberikan kuliah umum, di akhir sesi, BCA juga membagikan satu sepeda listrik, dan tujuh kartu flazz BCA. Salah satu penerima sepeda listrik, Neng Ratu Yulia Ningrum dari FEB UMS mengaku ia tidak menyangka dirinya akan mendapatkan sepeda listrik yang dipersembahkan oleh BCA. Dia menyampaikan rasa terima kasih kepada BCA yang telah memberikan kuliah umum dan kuliah Bakti BCA. 

"Sepedanya nanti buat kuliah pastinya, aku ngekos dan kosanku dekat dengan FEB, jadi ini sangat-sangat membantu," ungkap Neng Ratu.

Dari kegiatan ini, perempuan yang akrab disapa Ratu itu merasa mendapatkan banyak materi inspirasi dari Direktur BCA termasuk pemahaman baru dari Gen Z yang akan terjun di dunia kerja. Menurutnya saat ini yang paling penting adalah untuk terus mengikuti alur dan mematahkan stigma terkait generasi stroberi. 

"Ikuti alurnya dan prosesnya seperti tadi yang disampaikan, kita bukan seperti gen stroberi yang di luarnya bagus tapi di dalamnya rapuh, tapi kita ini harus mematahkan stigma itu, kita bukan orang yang seperti itu dan kita bisa bersaing di dunia kerja," pungkasnya. 


Posting Komentar

0 Komentar