SOLO – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mendorong diversifikasi pangan lokal melalui inovasi Apem Mokaf dalam kegiatan pengabdian masyarakat. Program ini menjadi bagian dari upaya kampus dalam memperkuat ketahanan pangan, pemenuhan gizi, dan mitigasi bencana.
Kegiatan dipimpin oleh tim akademisi UMS, yakni Siti Azizah Susilawati, M.P., Ph.D., Ika Candra Sayekti, S.Pd., M.Pd., dan Ir. Muh. Alfatih Hendrawan, S.T., M.T., bersama 20 mahasiswa anggota BEM Universitas maupun BEM Fakultas. Mereka telah lama berfokus pada riset inovasi pangan berbasis komoditas lokal.
“Dalam kegiatan tersebut, tim UMS mengenalkan Apem Mokaf, produk pangan tradisional yang dimodifikasi menggunakan tepung mocaf sebagai alternatif tepung terigu. Mocaf dipilih karena lebih tinggi serat, lebih terjangkau, dan mendukung pengembangan komoditas singkong lokal yang banyak ditemukan di Jawa Tengah,” kata Ika, Sabtu (15/11/2025).
Lewat inovasi ini, tambah Ika, kue tradisional yang akrab di kalangan warga Sewu itu diolah menjadi pangan lebih bergizi, aman, dan memiliki daya simpan lebih lama. Produk ini dinilai cocok sebagai pangan darurat pada situasi bencana maupun menu sehat harian keluarga.
Pelatihan pembuatan Apem Mokaf diikuti warga Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) “Sewu Rasa” dan pemuda Karang Taruna. Mereka mendapat penjelasan tentang komposisi gizi, sanitasi produksi, teknik pengolahan aman, hingga cara menjaga kualitas produk agar tahan lebih lama.
Peserta juga mempraktikkan langsung proses pengadonan, fermentasi, pemanggangan berbasis gas, serta teknik pengemasan higienis yang memungkinkan produk siap dipasarkan. Pelatihan diversifikasi pangan dengan penambahan kelor sebagai varian baru turut diberikan untuk meningkatkan kandungan gizi.
Selain pengolahan pangan, tim UMS juga memperkenalkan konsep kemasan tradisi-modern bertema “Apem Sewu”. Desain ini mengangkat nilai budaya lokal Kelurahan Sewu yang identik dengan tradisi kebersamaan dan sedekah. Penguatan identitas budaya diharapkan meningkatkan nilai jual produk.
“Warga dilatih memanfaatkan platform marketplace digital agar UMKM dapat memperluas akses pemasaran. Upaya ini bertujuan membangun kemandirian ekonomi dan memberi peluang pengembangan usaha berbasis pangan lokal,” ungkap Ika.
Menurutnya, Apem Mokaf dapat menjadi solusi berkelanjutan dalam pencegahan stunting karena bahan bakunya mudah diperoleh, murah, dan telah terbukti bergizi. Produk ini juga dianggap relevan untuk mendukung ketahanan pangan keluarga.
Program ini sukses digelar di Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Surakarta, Minggu (9/11/2025) sebagai bagian dari Dikti Saintek Berdampak 2025 yang didukung oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Dukungan tersebut diberikan untuk memperkuat riset terapan yang memberi manfaat langsung bagi masyarakat.
UMS berharap kegiatan ini menjadi model pengabdian yang dapat diterapkan di berbagai daerah. Kolaborasi antara perguruan tinggi, masyarakat, dan pemerintah dinilai penting untuk menghadirkan inovasi pangan lokal yang adaptif, sehat, dan bernilai ekonomi.
Kegiatan dipimpin oleh tim akademisi UMS, yakni Siti Azizah Susilawati, M.P., Ph.D., Ika Candra Sayekti, S.Pd., M.Pd., dan Ir. Muh. Alfatih Hendrawan, S.T., M.T., bersama 20 mahasiswa anggota BEM Universitas maupun BEM Fakultas. Mereka telah lama berfokus pada riset inovasi pangan berbasis komoditas lokal.
“Dalam kegiatan tersebut, tim UMS mengenalkan Apem Mokaf, produk pangan tradisional yang dimodifikasi menggunakan tepung mocaf sebagai alternatif tepung terigu. Mocaf dipilih karena lebih tinggi serat, lebih terjangkau, dan mendukung pengembangan komoditas singkong lokal yang banyak ditemukan di Jawa Tengah,” kata Ika, Sabtu (15/11/2025).
Lewat inovasi ini, tambah Ika, kue tradisional yang akrab di kalangan warga Sewu itu diolah menjadi pangan lebih bergizi, aman, dan memiliki daya simpan lebih lama. Produk ini dinilai cocok sebagai pangan darurat pada situasi bencana maupun menu sehat harian keluarga.
Pelatihan pembuatan Apem Mokaf diikuti warga Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) “Sewu Rasa” dan pemuda Karang Taruna. Mereka mendapat penjelasan tentang komposisi gizi, sanitasi produksi, teknik pengolahan aman, hingga cara menjaga kualitas produk agar tahan lebih lama.
Peserta juga mempraktikkan langsung proses pengadonan, fermentasi, pemanggangan berbasis gas, serta teknik pengemasan higienis yang memungkinkan produk siap dipasarkan. Pelatihan diversifikasi pangan dengan penambahan kelor sebagai varian baru turut diberikan untuk meningkatkan kandungan gizi.
Selain pengolahan pangan, tim UMS juga memperkenalkan konsep kemasan tradisi-modern bertema “Apem Sewu”. Desain ini mengangkat nilai budaya lokal Kelurahan Sewu yang identik dengan tradisi kebersamaan dan sedekah. Penguatan identitas budaya diharapkan meningkatkan nilai jual produk.
“Warga dilatih memanfaatkan platform marketplace digital agar UMKM dapat memperluas akses pemasaran. Upaya ini bertujuan membangun kemandirian ekonomi dan memberi peluang pengembangan usaha berbasis pangan lokal,” ungkap Ika.
Menurutnya, Apem Mokaf dapat menjadi solusi berkelanjutan dalam pencegahan stunting karena bahan bakunya mudah diperoleh, murah, dan telah terbukti bergizi. Produk ini juga dianggap relevan untuk mendukung ketahanan pangan keluarga.
Program ini sukses digelar di Kelurahan Sewu, Kecamatan Jebres, Surakarta, Minggu (9/11/2025) sebagai bagian dari Dikti Saintek Berdampak 2025 yang didukung oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi. Dukungan tersebut diberikan untuk memperkuat riset terapan yang memberi manfaat langsung bagi masyarakat.
UMS berharap kegiatan ini menjadi model pengabdian yang dapat diterapkan di berbagai daerah. Kolaborasi antara perguruan tinggi, masyarakat, dan pemerintah dinilai penting untuk menghadirkan inovasi pangan lokal yang adaptif, sehat, dan bernilai ekonomi.

0 Komentar