Ticker

6/recent/ticker-posts

Kemenag Solo Gelar Workshop Digitalisasi Layanan dan Pengelolaan Medsos, Hadirkan Narasumber dari UMS

Staf Humas UMS, Rasuli, S.Sos saat menyampaikan materi. Foto: Ist. 

SOLO – Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Surakarta (Solo) menggelar Workshop Digitalisasi Layanan dan Pengelolaan Media Sosial (medsos)  pada Kamis (18/9) di Hotel FIM by Zigna, Surakarta. Kegiatan ini diikuti 49 peserta yang terdiri dari humas madrasah negeri maupun swasta, pondok pesantren, serta guru agama lintas agama.

Workshop ini menghadirkan narasumber dari Humas Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Rasuli, S.Sos., yang berpengalaman di bidang kehumasan dan sosial media. Materi yang dibawakan difokuskan pada penguatan kompetensi humas melalui pemanfaatan media sosial sebagai sarana komunikasi publik yang efektif.

Kepala Kantor Kemenag Surakarta, Ahmad Ulin Nur Hafsun, S.Th.I., M.Pd.I., dalam sambutannya menegaskan bahwa peran humas sangat krusial dalam menjaga komunikasi dengan masyarakat. Menurutnya, kesalahan informasi dapat menimbulkan miskomunikasi yang berdampak luas.

Ia menekankan pentingnya transparansi, partisipasi, serta respons cepat dalam menjawab isu-isu publik. “Melalui workshop ini, semoga penguatan humas Kemenag Surakarta dapat berjalan lebih optimal dalam menyampaikan program dan kebijakan pemerintah, sekaligus menjalin hubungan yang lebih baik dengan media massa,” terangnya.

Dalam sesi inti, Rasuli menyampaikan materi bertajuk Workshop Kehumasan Digitalisasi Layanan dan Pengelolaan Media Sosial. Ia menjelaskan bahwa penggunaan media sosial harus berangkat dari tujuan yang jelas, apakah untuk menyebarkan informasi, membangun citra, mengelola komunitas, hingga menjadi sarana pengaduan masyarakat.

Selain itu, Rasuli menekankan pentingnya mengetahui Key Performance Indicator (KPI) sebagai tolok ukur keberhasilan media sosial.

“Beberapa indikator yang perlu diperhatikan meliputi pertumbuhan audiens, jangkauan, impresi, tingkat interaksi, hingga jumlah penayangan konten,” kata Rasuli.

Dalam pengelolaan konten, pemetaan target audiens juga menjadi aspek fundamental. Menurutnya, faktor demografi seperti usia, pendidikan, pekerjaan, hingga ketertarikan akan mempengaruhi pemilihan platform, gaya bahasa, serta tema konten yang relevan.

Lebih lanjut, ia menjelaskan pentingnya membangun identitas akun melalui positioning, tone and manner, serta gaya bahasa yang konsisten.

“Hal ini akan membantu humas dalam menciptakan citra positif yang mudah dikenali publik,” terang Rasuli.

Rasuli juga memperkenalkan konsep content pillar atau kerangka topik utama sebagai dasar pembuatan ide konten. Melalui strategi ini, tim humas dapat lebih mudah menemukan ide, menjaga relevansi, serta menghubungkan konten dengan tujuan lembaga.

Dalam praktiknya, ia mencontohkan penggunaan editorial planner untuk merencanakan konten, mulai dari jadwal layanan haji, etika beragama di ruang publik, hingga profil penyuluh agama.

“Pengelolaan terstruktur ini penting, agar pesan yang disampaikan tepat sasaran,” tandasnya.

Ia menambahkan, penguatan konten dapat dilakukan dengan memanfaatkan aset yang ada sekaligus membangun interaksi bersama audiens. Bahkan, strategi penggunaan influencer atau buzzer juga bisa menjadi alternatif dalam memperluas jangkauan.

Evaluasi menjadi langkah terakhir yang tidak boleh diabaikan. Menurut Rasuli, kesuksesan konten harus diukur melalui matriks analitik, seperti Sprout Social, TikTok Studio, atau SocialBlade, untuk mengetahui sejauh mana tujuan komunikasi tercapai. 


Posting Komentar

0 Komentar