Tim PKM-RE UNS Solo mengembangkan inovasi dalam bidang farmasi dan teknologi kesehatan. Foto: Ist. 
SOLO - Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo mengembangkan inovasi dalam bidang farmasi dan teknologi kesehatan. Inovasi ini yaitu berupa sistem penghantaran pintar berbasis nanoemulsi termodifikasi smart targeting agent yang didekorasi polimer termoresponsif dan terinkorporasi dalam hydrogel patch untuk terapi psoriasis. 
Kegiatan riset ini merupakan bagian dari program PKM-RE 2025 yang dilaksanakan selama 4 bulan Juli-Oktober di Laboratorium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNS. 
Tim ini diketuai oleh Ryan Fauzy dengan anggota Vania Maharani, Angela Bilqist, Zaizafun Faiha, dan Fatimah Aqilah Az Zahro dari Program Studi (Prodi) S-1 Farmasi, di bawah bimbingan apt. Syaiful Choiri, S.farm., M.Pharm.Sci. 
Psoriasis merupakan penyakit kronis yang melibatkan inflamasi dan gangguan imun kompleks. Penyakit ini tidak hanya menyebabkan keluhan kulit, tetapi juga berdampak signifikan terhadap kualitas hidup penderitanya, termasuk gangguan psikologis dan sosial. 
Berdasarkan studi Chen dkk. (2023), angka bunuh diri pada penderita psoriasis dapat mencapai 10%, menunjukkan urgensi terapi yang lebih efektif, aman, dan berkelanjutan. Terapi lini pertama yang lazim digunakan saat ini masih mengandalkan kortikosteroid topikal. 
Meskipun cukup efektif dalam jangka pendek, penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan efek samping serius seperti atrofia kulit dan resistensi obat. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan terapi inovatif yang mampu meningkatkan efektivitas pengobatan dengan risiko minimal. 
Tujuan program ini yaitu untuk menghasilkan inovasi sistem penghantaran pintar berbasis teknologi farmasi modern guna meningkatkan efektivitas terapi psoriasis. Lalu mendorong penguatan kapasitas riset mahasiswa di bidang kesehatan dan teknologi. 
Memberikan kontribusi nyata terhadap pencapaian SDGs poin 3 (Good Health and Well-being) dan poin 9 (Industry, Innovation, and Infrastructure). Serta dapat menjadi dasar pengembangan inovasi terapi transdermal di Indonesia yang dapat berlanjut hingga tahap komersialisasi. 
Tim melakukan penelitian dengan pendekatan multidisiplin meliputi sintesis nanopartikel, modifikasi polimer, formulasi hydrogel patch, hingga pengujian secara in vivo. Sistem ini dirancang untuk memberikan penghantaran obat yang lebih terkontrol dan meningkatkan penetrasi obat ke lapisan kulit yang terdampak psoriasis. 
Angela Bilqisth, salah satu anggota tim, menyampaikan, hingga saat ini, terapi lini pertama masih menggunakan kortikosteroid, namun efektivitasnya terbatas dan seringkali menimbulkan efek samping jika digunakan jangka panjang.
“Inovasi ini diharapkan menjadi solusi alternatif yang lebih aman dan efektif bagi penderita psoriasis. Selain manfaat klinis, inovasi ini juga memperkuat peran mahasiswa dalam riset strategis nasional,” terang Angela, Rabu (15/10/2025). 
Ketua Tim, Ryan Fauzy, berharap penelitian ini dapat menjadi inovasi yang bermanfaat bagi dunia medis, khususnya dalam pengobatan psoriasis. Semoga dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk terus berinovasi dan berkontribusi bagi kemajuan Indonesia.
Tim merencanakan pengembangan riset ini hingga tahap uji preklinik dan pendaftaran paten. Langkah ini sejalan dengan komitmen UNS dalam memperkuat budaya riset mahasiswa dan mendukung agenda Indonesia Emas 2045.
“Melalui inovasi ini, tim berharap dapat mempercepat terciptanya terapi transdermal yang lebih canggih dan terjangkau untuk masyarakat luas,” ujar Ryan Fauzy. 
Inovasi ini juga mendapatkan dukungan penuh dari Prof. Dr. apt. Ahmad Ainurrofiq, S.Si., M.Si selaku Ketua Program Studi S-1 Farmasi yang menyampaikan apresiasinya terhadap keberhasilan tim dalam mencapai inovasi riset yang berpotensi besar di bidang kesehatan masyarakat. 
“Kami sangat bangga atas pencapaian ini. Inovasi mahasiswa dalam bidang penghantaran obat menunjukkan bahwa riset di tingkat perguruan tinggi mampu memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan kesehatan masyarakat,” terang Prof. Ahmad. 

 
 
 
 
 
 
 
 
0 Komentar