SOLO - Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo bersama Royal Melbourne Institute of Technology (RMIT) University sukses menyelenggarakan International Conference on Climate Change 2025. Acara berlangsung di AsiaHub RMIT University, Melbourne pada 10-11 November 2025.
Konferensi ini menghadirkan peneliti, akademisi, pembuat kebijakan dan praktisi dari berbagai negara. Para peserta berdiskusi mengenai tantangan perubahan iklim dan pentingnya kolaborasi global lintas disiplin.
Perubahan Iklim sebagai Isu Mendesak
Konferensi tahun ini mengangkat isu perubahan iklim yang mendesak untuk ditangani bersama. Lebih dari 200 peserta dari Australia, Asia Tenggara, dan Timur Tengah mengikuti sesi pleno dan paralel. Para keynote speaker membahas transisi energi bersih, ketahanan pangan, ekosistem pesisir, teknologi digital untuk mitigasi iklim dan kebijakan menuju ekonomi rendah karbon.
Para peneliti mempresentasikan lebih dari 80 makalah yang menyoroti energi terbarukan, ekonomi sirkular, konservasi biodiversitas dan pemodelan risiko bencana. Presentasi dilakukan secara luring dan daring untuk memperluas jangkauan diskusi ilmiah.
Acara dibuka oleh Prof. Tim Marshall selaku Deputy Vice-Chancellor Design and Social Context and Vice-President RMIT University. Prof. Marshall menegaskan perlunya aksi global yang terkoordinasi dalam menghadapi krisis iklim. Ia menyebut bahwa universitas memiliki tanggung jawab memperkuat riset berbasis bukti melalui inovasi dan kemitraan internasional. Prof. Marshall juga menyoroti peran strategis RMIT sebagai pusat riset kawasan Asia Pasifik yang mendukung agenda keberlanjutan.
“Universitas harus memainkan peran penting melalui riset berbasis bukti, inovasi teknologi, dan kemitraan internasional yang kuat. Posisi strategis RMIT sebagai penghubung riset kawasan Asia Pasifik yang berkontribusi terhadap solusi keberlanjutan,” ucap Prof. Tim Marshall.
UNS diwakili oleh Prof. Dr. Fitria Rahmawati, S.Si., M.Si., yang menjabat Wakil Rektor Bidang Akademik dan Penelitian. Dalam sambutannya, Prof. Fitria menekankan pentingnya memperluas penelitian iklim melalui jejaring global. Beliau menyampaikan bahwa perubahan iklim berdampak pada pangan, kesehatan, ekonomi dan keamanan dunia. Beliau juga mendorong pendekatan transdisipliner yang menggabungkan sains, teknologi, kebijakan publik dan pemberdayaan komunitas sebagai solusi komprehensif.
“Perubahan iklim tidak hanya menjadi agenda ilmiah, tetapi sudah menjadi tantangan multidimensi yang mempengaruhi pangan, kesehatan, ekonomi, dan keamanan global. Perlu pendekatan transdisipliner yang menyatukan sains, teknologi, kebijakan publik, dan aksi komunitas,” tutur Prof. Fitria.
Kolaborasi dalam Penanganan Perubahan Iklim
ICCC 2025 menjadi momentum penting bagi UNS dan RMIT untuk memperluas kolaborasi riset. Delegasi kedua institusi mengadakan pertemuan intensif membahas publikasi bersama dan pengembangan proposal riset internasional. Diskusi juga mencakup program pertukaran mahasiswa dan staf serta inisiatif laboratorium hidup. Kolaborasi ini diharapkan menghasilkan solusi iklim yang lebih aplikatif bagi kawasan Asia Pasifik. Konferensi ini merupakan penyelenggaraan ketiga di luar Indonesia setelah Thailand pada 2022 dan Jepang pada 2024.
Pelaksanaan konferensi mencerminkan komitmen UNS terhadap SDG 17 tentang Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. ICCC 2025 mendorong kolaborasi berbagai pemangku kepentingan melalui berbagi pengetahuan, teknologi dan keahlian. Upaya ini relevan untuk mendukung pencapaian pembangunan berkelanjutan di berbagai negara termasuk negara berkembang.
Selain itu, pembahasan terkait mitigasi dan adaptasi iklim juga selaras dengan SDG 13 tentang Penanganan Perubahan Iklim. Konferensi ini menyoroti pentingnya memperkuat kapasitas institusi dan masyarakat dalam menghadapi bencana iklim yang semakin kompleks.
Pada hari kedua, peserta berkunjung ke CERES Community Environment Park di Brunswick, East Victoria. Kunjungan ini memberikan pemahaman mengenai peran pertanian komunitas dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Peserta mempelajari bagaimana inisiatif komunitas dapat meningkatkan ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan melalui praktik ekologis yang terintegrasi.
Konferensi ditutup dengan optimisme terhadap masa depan kolaborasi ilmiah Indonesia dan Australia. UNS dan RMIT berkomitmen mempertahankan ICCC sebagai platform global bagi peneliti dan inovator.
Prosiding ICCC ke-11 tahun 2025 akan diterbitkan di Environment, Energy and Earth Sciences (E3S) Web of Conferences, yang diterbitkan oleh penerbit bereputasi EDP Sciences Publisher dan terindeks Scopus serta Web of Science (WOS).
Dengan meningkatnya perhatian dunia terhadap isu iklim, penyelenggaraan ICCC 2025 menegaskan peran kedua universitas sebagai katalis kolaborasi internasional yang berupaya menghadirkan solusi berkelanjutan bagi masa depan.

0 Komentar