Rabu, 13 Agustus 2025

Dr. Roni Zakaria Raung saat Yudisium Promosi Doktor di Fakultas Teknik UNS, Rabu (13/8/2025). Foto: Indospektrum.id 


SOLO - Program Studi Doktor Teknik Industri (PSDTI) Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (UNS) kembali melahirkan Doktor baru. Dr. Roni Zakaria Raung dinyatakan lulus setelah mempertahankan disertasinya melalui ujian tertutup pada 31 Juli 2025.

Dalam disertasinya, Roni mengembangkan model simulasi kebijakan subsidi yang dapat menjadi panduan bagi pemerintah dalam mencapai target nasional. Disertasi berjudul “Pengembangan Model Kebijakan Subsidi pada Pasar Sepeda Motor Listrik di Indonesia Menggunakan Simulasi System Dynamics”, berfokus pada evaluasi kebijakan yang ada dan penyusunan skenario alternatif.

"Dengan kebijakan saat ini, target adopsi motor listrik nasional pada 2030 hanya akan tercapai 15,9%. Ini menunjukkan intervensi pemerintah perlu diarahkan ulang secara cermat," kata Roni saat Yudisium Promosi Doktor di Fakultas Teknik UNS, Rabu (13/8/2025).

Dikatakannya, Penelitian ini mengadaptasi dan memodifikasi model prediksi pasar kendaraan listrik roda empat (Powertrain Technology Transition Market Agent Model atau PTTMAM) agar sesuai dengan karakteristik sepeda motor listrik di Indonesia. Model ini mengintegrasikan empat agen pasar utama, yaitu pengguna, produsen, penyedia infrastruktur, dan pemerintah.

Pendekatan ini juga mempertimbangkan variabel perilaku konsumen seperti willingness to consider (WTC), total biaya kepemilikan (total cost of ownership (TCO)), gaya hidup, dan kesadaran lingkungan.

"Model ini bukan hanya akademis, tetapi juga aplikatif. Ini dapat menjadi alat bantu pengambilan keputusan bagi pemerintah dan peta jalan strategis bagi para pemangku kepentingan," jelas Roni.

Melalui simulasi 72 skenario yang berbeda, penelitian ini menemukan tiga kombinasi kebijakan terbaik untuk mencapai target 13 juta sepeda motor listrik pada 2035:

Skenario A: Subsidi pembelian Rp12 juta, insentif tarif listrik 30%, pencabutan subsidi BBM, penalti emisi karbon Rp 1.000/kg CO2, tanpa kewajiban pembangunan infrastruktur charging station.

Skenario B: Subsidi pembelian Rp 10,5 juta, insentif tarif listrik 30%, pencabutan subsidi BBM, penalti emisi karbon Rp 1.000/kg CO2, tanpa kewajiban pembangunan infrastruktur charging station.

Skenario C: Subsidi pembelian Rp 7 juta, insentif tarif listrik 30%, pencabutan subsidi BBM, penalti emisi karbon Rp 1.000/kg CO2, tanpa kewajiban pembangunan infrastruktur charging station.

"Dari ketiga skenario, Skenario C menjadi yang paling efisien dari sisi biaya pemerintah, namun tetap efektif dalam mencapai target," ujar Roni.

Hasil riset ini telah dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi Q1, Transportation Research Interdisciplinary Perspectives, dengan judul “Scenario Analysis of Subsidy Policies on Electric Motorcycle Market in Indonesia Using System Dynamics Simulation.”

Disertasi ini dibimbing oleh tim promotor yang terdiri dari Prof. Dr. Ir. Wahyudi Sutopo, S.T., M.Si., IPU, Dr. Ir. Muhammad Hisjam, STP., M.T., dan Prof. Dr. Djoni Hartono, S.Si., M.E. (Universitas Indonesia).

Keberhasilan ini menegaskan komitmen UNS dalam mendukung agenda strategis nasional untuk transisi energi dan pembangunan berkelanjutan.

 

0 comments:

Posting Komentar