Kamis, 21 Agustus 2025

Tim Pengabdian UMS menggandeng PCA Colomadu dalam gerakan pemberdayaan masyarakat berbasis pengelolaan sampah rumah tangga. Foto: Ist. 

SOLO - Tim Pengabdian Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggandeng Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Colomadu dalam sebuah gerakan pemberdayaan masyarakat berbasis pengelolaan sampah rumah tangga. Program melibatkan dosen lintas disiplin dan mahasiswa, dengan semangat mengubah persoalan sampah menjadi peluang ekonomi dan kreativitas.

Tim yang diketuai oleh Dr. Yulia Maftuhah Hidayati, M.Pd., itu beranggotakan Dr. Muhammad Noor Kholid, M.Pd., Dra. Ratnasari Diah Utami, M.Si., Ika Candra Sayekti, M.Pd., serta Dr. Anatri Desstya, S.T., M.Pd. Mereka hadir dengan dengan konsep reduksi sampah rumah tangga melalui edukasi, inovasi, serta pembentukan budaya baru dalam memandang sampah. 

Gerakan yang mereka gagas bertajuk “Sampah Jadi Berkah”. Program ini bukan hanya tentang mengurangi sampah, melainkan juga mengubah pola pikir masyarakat agar lebih kreatif dan mandiri.

“Kolaborasi ini diinisiasi dari keresahan terhadap menumpuknya sampah plastik dan organik yang kerap menimbulkan persoalan lingkungan,” ungkap Yulia,  Kamis (21/8/2025).

Yulia berharap program dapat memberi dampak nyata, lingkungan menjadi lebih bersih, biaya rumah tangga bisa ditekan, dan ibu-ibu mendapatkan tambahan penghasilan.

“Tak hanya itu, gerakan ini menumbuhkan rasa kebersamaan dan solidaritas antar-anggota masyarakat,” tambahnya.

Sementara itu, Ratnasari menambahkan bahwa program ini akan berlanjut dengan workshop pembuatan kompos menggunakan metode ember tumpuk serta pelatihan administrasi bank sampah, sehingga pengelolaan tidak berhenti pada tahap pembuangan.

Selain menekankan aspek lingkungan, gerakan ini juga menyasar pemberdayaan ekonomi keluarga. Sampah organik yang diolah menjadi kompos dimanfaatkan untuk tanaman sayuran rumah tangga, sementara sampah plastik yang terkumpul akan ditabung di bank sampah untuk menambah pemasukan warga.

Hal senada juga disampaikan Ika Candra Sayekti. Ia menyebutkan bahwa keterlibatan ibu-ibu sebagai pelopor sangat penting.

“Kami ingin Ibu-Ibu menjadi teladan yang bisa mengajarkan anak-anak sejak dini untuk menjaga bumi dari rumah. Mulai dari membawa botol minum sendiri, membawa tas belanja kain, hingga ikut membantu memilah sampah,” terangnya.

Upaya ini dinilai relevan dengan misi besar penyelamatan bumi dari krisis sampah. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan lebih dari 60 juta ton sampah per tahun, dengan mayoritas berasal dari rumah tangga. Langkah kecil seperti yang dilakukan PCA Colomadu bersama UMS menjadi bukti nyata bahwa perubahan besar bisa dimulai dari lingkup komunitas lokal.

Ika juga mengatakan, kolaborasi antara UMS dan PCA Colomadu menjadi contoh nyata bagaimana perguruan tinggi dapat berperan dalam pemberdayaan masyarakat sekaligus menjaga lingkungan. Dengan sinergi antara kepedulian lingkungan, kreativitas, dan semangat pemberdayaan, sampah tidak lagi dipandang sebagai masalah. 

“Sebaliknya, ia bisa menjadi peluang yang membawa manfaat sosial, ekonomi, sekaligus keberlanjutan bagi generasi mendatang,” tuturnya. 

Dalam kegiatan tersebut, ibu-ibu PCA Colomadu diajak memahami bahwa sampah bukan lagi barang buangan, melainkan bahan baku yang bisa diolah menjadi produk bermanfaat. Melalui pendampingan, mereka mulai belajar memilah sampah organik dan anorganik, serta mengenal konsep bank sampah yang mampu memberikan nilai ekonomi.

“Awalnya kami belajar memilah sampah, membedakan mana yang organik, mana yang anorganik,” ungkap salah satu anggota PCA Colomadu. 

 

0 comments:

Posting Komentar