SOLO - Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. Bonivasius Prasetya Ichtiarto memberikan kuliah umum di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Kuliah umum dengan tema ‘Kapitalisasi Bonus Demografi untuk Menggapai Indonesia Emas 2045’ bertempat di Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNS, Selasa (14/10/2025).
Hadir dalam kesempatan tersebut jajaran pejabat di Bidang Pengendalian Penduduk Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/ BKKBN dan Wakil Rektor Perencanaan, Kerjasama, Internasionalisasi dan Informasi UNS, Prof. Irwan Trinugroho, S.E., M.Sc., Ph.D.
Dalam sambutannya, Prof. Irwan menyampaikan bahwa sejak tahun 2023, UNS telah tergabung dalam Konsorsium Perguruan Tinggi Peduli Kependudukan (PTPK).
“Jadi antara UNS dengan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/ BKKBN sudah banyak menjalin kerja sama. Salah satunya acara Kuliah Umum ini. Terima kasih kepada Bapak Deputi Bidang Pengendalian Penduduk yang berkenan hadir untuk memberikan Kuliah Umum dihadapan mahasiswa UNS dari berbagai Program Studi (Prodi),” terang Prof. Irwan.
Prof. Irwan juga berpesan kepada para mahasiswa UNS yang hadir dalam Kuliah Umum tersebut untuk benar-benar menyimak materi yang disampaikan. “Mumpung ada kesempatan mendengarkan materi tentang kependudukan dari ahlinya, ayo disimak dengan baik-baik. Semoga materi yang disampaikan bermanfaat untuk menambah pengetahuan para mahasiswa,” imbuhnya.
Deputi Bidang Pengendalian Penduduk Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/ BKKBN, Dr. Bonivasius Prasetya Ichtiarto dalam materinya menyampaikan Visi Indonesia Emas 2045, yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) unggul, berbudaya, menguasai IPTEK; ekonomi yang maju dan berkelanjutan; pembangunan yang merata dan inklusif serta negara yang demokratis, kuat dan bersih.
Kemudian untuk bonus demografi adalah kondisi ketika suatu negara memanfatkan peluang besarnya proporsi usia produktif sebelum jendela tertutup, dengan melakukan investasi pada pendidikan, pelatihan dan kesehatan untuk meningkatkan produktivitas/ GDP secara cepat.
“Kondisi ketika suatu negara memiliki proporsi penduduk usia produktif (15–64 tahun) yang sangat besar dibandingkan dengan usia non-produktif (anak-anak dan lansia). Fenomena ini bisa menjadi peluang emas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Dr. Bonivasius.
Beberapa negara yang memanfaatkan bonus demografi diantaranya Tiongkok pada tahun 2021. Pertumbuhan ekonominya mencapai 18,7%, dan relatif stabil selama 2 dekade. Singapura, pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi Singapura mencapai 14,52%. Taiwan, pada kuartal keempat 1986, pertumbuhan ekonomi Taiwan mencapai 19,561%. Dan Korea Selatan, dikenal memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat (diatas 6%) antara tahun 1970 hingga 1995.
Untuk menghadapi bonus demografi, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/ BKKBN telah menyiapkan berbagai program strategis. Mahasiswa sebagai generasi muda berperan penting dalam mendukung dan mengimplementasikan program-program tersebut melalui edukasi, inovasi, dan keterlibatan aktif di masyarakat.
Untuk mendukung program pemerintah dalam menghadapi bonus demografi, mahasiswa dapat berperan aktif melalui berbagai program yang diinisiasi oleh Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/ BKKBN. Pertama Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING). Dalam program ini, mahasiswa berperan sebagai pendamping keluarga berisiko stunting dengan memberikan edukasi, pemantauan, serta dukungan bagi keluarga dalam upaya pencegahan stunting sejak dini.
Kedua, Taman Asuh Sayang Anak (TAMASYA). Mahasiswa berkontribusi dalam pembentukan dan pengelolaan daycare komunitas, serta memberikan edukasi mengenai stimulasi dini, pola asuh (parenting), dan gizi bagi balita dan anak-anak.
Ketiga, Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI). Mahasiswa dapat berpartisipasi melalui penyelenggaraan kelas calon ayah dan ayah muda, serta memberikan edukasi terkait persiapan pranikah dan pengasuhan anak yang berperan penting dalam pembentukan keluarga berkualitas.
Keempat, SIDAYA (Lansia Berdaya). Dalam program ini, mahasiswa melakukan kunjungan homecare kepada lansia, serta memberikan pelatihan kepada keluarga tentang cara merawat lansia secara optimal melalui pendekatan aged care.
Dalam menghadapi era bonus demografi, mahasiswa memiliki peran strategis untuk mengoptimalkan potensi generasi muda Indonesia melalui peningkatan kapasitas diri dan kontribusi nyata di berbagai bidang. Pertama, peningkatan kompetensi dan literasi digital.
Generasi Z dan milenial perlu terus meningkatkan literasi digital, penguasaan bidang STEM (Science,Technology, Engineering, and Mathematics), serta keterampilan lunak (soft skills) agar mampu bersaing di dunia kerja global yang semakin kompetitif.
Kedua, wirausaha dan ekonomi kreatif. Mahasiswa didorong untuk menjadi wirausahawan muda melalui program inkubasi bisnis, pengembangan start-up, dan keterlibatan dalam sektor ekonomi kreatif, sehingga mampu menciptakan lapangan kerja baru, bukan hanya menjadi pencari kerja.
Ketiga, partisipasi sosial dan politik. Keterlibatan aktif mahasiswa dalam organisasi kemahasiswaan, gerakan sosial, dan peningkatan literasi politik menjadi kunci agar kebijakan publik yang dihasilkan lebih responsif terhadap aspirasi dan kebutuhan generasi muda.
Dan keempat, adaptasi terhadap perubahan teknologi dan green economy. Mahasiswa perlu mempersiapkan diri menghadapi perkembangan industri 4.0 dengan menguasai teknologi baru serta berperan dalam mendorong transisi menuju ekonomi hijau melalui pengembangan energi terbarukan dan penerapan circular economy yang berkelanjutan.
0 Komentar