Ticker

6/recent/ticker-posts

RSUD Dr Moewardi Solo Berhasil Pasang Montgomery T-Tube untuk Kasus Stenosis Laringotrakeal Berat

Tim medis RSUD Dr Moewardi Solo melakukan tindakan pemasangan Montgomery T-Tube pada kasus Stenosis Laringotrakeal menggunakan metode Cold & Coblation Excision dengan pendekatan Direct Laryngoscopy. Foto: Ist. 

SOLO — RSUD Dr Moewardi Solo kembali mencatatkan capaian penting dalam layanan kesehatan. Tim medis rumah sakit setempat berhasil melakukan tindakan pemasangan Montgomery T-Tube pada kasus Stenosis Laringotrakeal menggunakan metode Cold & Coblation Excision dengan pendekatan Direct Laryngoscopy, Sabtu (11/10/2025). 

Tindakan ini merupakan yang pertama kali dilakukan oleh Tim Dokter Spesialis THT-BKL RSUD Dr Moewardi bekerja sama dengan Konsultan Laring Faring dari RSUD Dr. Saiful Anwar Malang, dr. M. Dwijo Murdiyo, Sp.T.H.T.B.K.L, Subsp LF(K) FICS, dan didukung oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Indonesia (Perhati-KL) Cabang Solo.

RSUD Dr. Moewardi pun telah mengundang dr. Diar Mia Ardani, Sp.T.H.T.B.K.L, Subsp.LF(K), FICS sebagai pemateri Kuliah Pakar di RSUD Dr Moewardi. Selain itu, keberhasilan operasi yang berlangsung selama 90 menit ini juga tidak lepas dari dukungan Tim Anestesi, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter Spesialis Anak RSUD Dr Moewardi. 

Direktur RSUD Dr. Moewardi, dr Zulfachmi Wahab, Sp.PD-KHOM, FINASIM menyampaikan, pemasangan Montgomery T-Tube dilakukan terhadap dua pasien, yakni Tn. S (60 tahun) dan An. A (16 tahun) yang sama-sama mengalami stenosis laringotrakeal grade 3–4, yaitu kondisi penyempitan berat hingga total pada saluran napas bagian laring dan trakea. Pasien mengalami sesak napas meskipun telah menggunakan kanul trakeostomi dan tidak dapat bersuara selama pemakaian alat tersebut. 

“Kondisi ini tergolong kompleks dan jarang terjadi, terlebih pada pasien dengan riwayat operasi berulang dan penyakit penyerta,” jelas Zulfachmi melalui keterangan tertulis, Selasa  (14/10/2025). 

Pemasangan Montgomery T-Tube yang dilakukan ini berfungsi sebagai stent, sekaligus pengganti trakeostomi, menjaga saluran napas tetap terbuka sekaligus mempertahankan fungsi suara pasien. Selain itu, penggunaan teknik Cold & Coblation Excision memiliki keunggulan, yaitu mampu mengangkat jaringan stenosis dengan perdarahan minimal serta meminimalkan risiko granulasi ulang melalui aplikasi obat Mytomicin.

“Pascaoperasi, kondisi kedua pasien stabil, tanpa perdarahan, dan tanpa sesak napas. Aliran udara melalui hidung sudah kembali, dan fungsi bicara perlahan mulai pulih,” lanjutnya. 

Dikatakannya, rencana durasi pemasangan Montgomery T-Tube akan berlangsung selama 6 bulan hingga 1 tahun. Setelah dilakukannya tindakan, pasien akan mendapatkan perawatan lanjutan dengan follow up rutin, terapi wicara bersama dokter rehabilitasi medis, serta pemantauan fungsi napas dan suara pasien hingga satu tahun ke depan untuk memastikan tidak terjadi kekambuhan stenosis. 

 Zulfachmi menyampaikan, RSUD Dr Moewardi senantiasa berkomitmen untuk tidak sekadar menjadi rumah sakit layanan rujukan, tetapi juga pusat inovasi medis yang terus berkembang.  

“Kami berharap pengalaman ini dapat menjadi pembelajaran berharga bagi tim di RSUD Dr Moewardi sekaligus membuka peluang penanganan lebih banyak kasus stenosis laringotrakeal ke depannya,” katanya.

Ketua KSM THT-KL RSUD Dr. Moewardi dr. Putu Wijaya Kandhi, Sp.THT-BKL, Subsp.BE(K menambahkan, pemasangan Montgomery T-Tube diharapkan mampu meningkatkan kualitas hidup pasien, terutama dalam kemampuan bernapas dan berbicara.  

“Dengan metode Cold & Coblation Excision, peluang perbaikan kondisi pasien mencapai 80–90% pasca-tindakan, serta dapat menurunkan risiko kekambuhan sumbatan jalan napas karena bahan silikon pada Montgomery T-Tube relatif aman untuk pemasangan jangka panjang,” jelasnya. 

 

Posting Komentar

0 Komentar