SOLO - Center for School Nutrition Health Movement (SNHM) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) terus mengampanyekan pemenuhan gizi pelajar sekolah. Komitmen itu terwujud dalam pelatihan modul Gizi Kesehatan untuk Anak Sekolah Dasar Kelas 1-6, di Ruang Pertemuan Siti Badilah, Perpustakaan UMS.
Kegiatan pelatihan tersebut merupakan hasil kerja sama Pusat Studi SNHM UMS dengan UNESCO Chair of Global Health and Education (GHE) dan SD Muhammadiyah Alam Surya Mentari. Sasaran utama pelatihan tersebut adalah guru sekolah dasar.
Manajer UNESCO Chair GHE Goof Buijs, dalam sambutannya, menyatakan sekolah wajib mempromosikan kesehatan kepada setiap murid. Menurutnya, pendidikan merupakan salah satu penentu utama kesehatan.
“Memberikan guru perangkat dan pengetahuan yang baik mengenai kesehatan diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam menyampaikan pesan kesehatan gizi yang akurat di kelas,” ujar Buijs.
Ketua Pusat Studi SNHM Setyaningrum Rahmawaty, M.Kes., Ph.D., menjelaskan SNHM berupaya memberikan pendalaman materi tentang modul gizi kesehatan kepada para guru sekolah dasar. “Buku panduan tersebut dikembangan untuk guru,” ujar Setyaningrum melalui keterangan tertulis, Kamis (3/7/2025).
Pelatihan yang digelar pada Senin (30/6/2025) itu berfokus pada pengembangan perilaku hidup bersih dan sehat. Caranya melalui gizi seimbang, kesehatan anak sekolah termasuk kesehatan gizi, postur tubuh dan aktivitas fisik yang relevan dengan anak sekolah, kebersihan dan sanitasi lingkungan, serta pemantauan status gizi anak sekolah sebagai indikator status kesehatan anak.
“Perlu komitmen dari pihak sekolah dalam mengintegrasikan modul ke dalam kurikulum sekolah, serta komitmen dari orang tua untuk mendukung perubahan perilaku hidup sehat anak,” tegas Setyaningrum.
SNHM telah menjalin kerja sama dengan UNESCO Chair of GHE sejak awal penyusunan modul gizi anak sekolah dasar. Pengembangan panduan gizi anak sekolah dasar turut melibatkan civitas academica UMS, meliputi ahli gizi, fisioterapis, dokter gigi, hingga sanitarian.
Setyaningrum mengatakan bahwa proyek tersebut mendapat hibah Basis Informasi Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (BIMA) dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia pada tahun 2023 dan 2024.
Proses penyusunan modul juga melibatkan 23 guru yang bertanggung jawab pada usaha kesehatan sekolah di 23 sekolah dasar Muhammadiyah di Kota Surakarta. Para guru terlibat dalam diskusi kelompok yang terfokus. Modul kemudian diuji validitasnya oleh tim penyusun, ahli bahasa, media, serta siswa kelas 1-6 dengan bimbingan orang tua.
Setyaningrum menilai masalah utama UKS terletak pada pengelolaan yang kurang optimal. Dia mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk meningkatkan keberlanjutan UKS di setiap sekolah.
“Pemahaman dan kesadaran mengenai kesehatan harus diintegrasikan ke dalam pendidikan. Harus diupayakan bersama-sama dengan seluruh komponen sekolah untuk mewujudkan kesejahteraan siswa dan keberhasilan mereka di masa depan,” harapnya.
0 comments:
Posting Komentar