Kamis, 14 Agustus 2025

 Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) UMS, Ustaz Dr. Ainur Rha’in, S.Th.I., M.Th.I. Foto: Ist. 

SOLO - Surat Al-Jin menjadi unik karena langsung dinamai berdasarkan topiknya, yaitu tentang bangsa jin. Menurut dosen di Fakultas Agama Islam (FAI) UMS, Ustaz Dr. Ainur Rha’in, S.Th.I., M.Th.I., surat ini mengungkap kondisi, pemikiran, kepercayaan, serta interaksi jin, baik dengan sesama jin, manusia, maupun dengan Allah.

“Secara umum, surat ini mengajarkan interaksi yang sehat antara manusia dan jin,” kata Ainur Rha’in saat menjadi pemateri pada Kajian Tafsir Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Kamis (14/8/2025).

Meski ayat-ayat Al-Qur’an terkadang berbentuk cerita (kabar), lanjut Ainur, isinya tetap memuat perintah (awamir) dan larangan (nawahi) dari Allah. Karena itu, umat Islam diminta menjadikan Al-Qur’an dan hadis sebagai rujukan utama untuk memahami fenomena jin, bukan sumber di luar keduanya yang belum terjamin kebenarannya.

Ainur mengulas dua versi sebab turunnya (asbabun nuzul) Surat Al-Jin. Pertama, peristiwa ketika sekelompok jin mendengar Rasulullah SAW membaca Al-Qur’an dalam salat Subuh, lalu terkagum-kagum pada keindahan lafaz dan kandungannya sehingga para jin beriman. Kedua, momen dakwah Rasulullah di Thaif yang ditolak keras oleh penduduknya, namun justru membuka pintu dakwah kepada bangsa jin yang mendengarkan bacaan beliau.

“Pelajaran penting dari sini adalah, jika dakwah tertutup di satu pintu, Allah akan membukakan pintu lain. Rasulullah ditolak di Thaif, tapi diterima oleh bangsa jin,” kata Ainur.

Ia menegaskan bahwa jin adalah makhluk ciptaan Allah dari api yang sangat panas, sama-sama mukallaf seperti manusia, dan wajib beribadah kepada-Nya. Jin terbagi menjadi jin yang beriman dan jin yang kafir. Ainur menyebut, jin kafir disebut setan, dan pemimpinnya adalah iblis.

Ainur memberikan panduan melindungi diri dari gangguan jin dan setan. Hal pertama adalah memperkuat keimanan dan ketakwaan, karena hati yang terhubung dengan Allah akan dijaga-Nya. Salat, puasa, membaca Al-Qur’an, dan berdzikir menjadi benteng utama.

Ia juga menganjurkan ruqyah mandiri ketika mengalami gangguan, dengan membaca surat-surat pelindung seperti Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas, serta ayat terakhir Surat Al-Baqarah.

“Intinya kita yakin bahwa jin tidak punya kuasa, semua kuasa hanya milik Allah,” tegas Dosen FAI UMS itu.

Selain itu, menjaga kebersihan lingkungan menjadi salah satu langkah pencegahan, karena jin senang berada di tempat kotor atau tidak terurus. Menghindari ritual sesajen atau perilaku syirik lainnya juga menjadi kewajiban, sebab maksiat dapat membuka pintu masuk bagi setan.

Ainur mengingatkan bahwa jin tidak memiliki peran dalam fenomena alam atau teknologi modern seperti yang diyakini sebagian orang.

“Pesawat terbang bukan karena diangkat jin, tapi karena hukum fisika yang Allah tetapkan,” ujarnya sambil menekankan pentingnya memahami ayat-ayat kauniah.

Ia juga mengkritik praktik mencari kesaktian, jabatan, atau kesembuhan melalui bantuan jin. Menurutnya, walaupun disebut ‘ilmu putih’, tetap ada syarat yang melanggar syariat jika melibatkan jin.

“Khalifah di bumi adalah manusia, bukan jin. Maka tunduklah hanya kepada Allah,” tegasnya.

Pesan terakhir yang disampaikan Ainur adalah agar umat Islam tidak berputus asa dalam berdakwah meski mendapat penolakan. Ia menegaskan dakwah Nabi Muhammad SAW tidak hanya didengar manusia, tapi juga bangsa jin. Itu artinya, kebaikan akan menemukan jalannya untuk sampai pada yang dituju.



0 comments:

Posting Komentar