Kamis, 14 Agustus 2025

Tim mahasiswa UMS menghadirkan edukasi seksual interaktif bagi remaja tunagrahita. Foto: Ist. 

SOLO - Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) kembali menorehkan prestasi di tingkat nasional. Tim mahasiswa lintas fakultas berhasil lolos pendanaan dari Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Dikti melalui Program Kreativitas Mahasiswa skema Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) 2025.

Dari total 33.039 proposal yang diajukan perguruan tinggi seluruh Indonesia, tim UMS yang diketuai Nur Ramadhan Azizun Hakim (Akuntansi) bersama anggota Muhammad Latif Fazlullah Liansah (Akuntansi), Salmalia Hera Dewinta (Akuntansi), Aisyah Aditya Wulandari (Pendidikan Teknik Informatika), dan Nasya Najwa Anabella Firdausy (Ilmu Hukum) menjadi satu dari 1.590 proposal yang dinyatakan lolos. Mereka dibimbing oleh Dwi Linna Suswardany, S.KM., M.PH.

Nur Ramadhan Azizun Hakim mengungkapkan karya yang diusung berjudul Multimodal Interactive Learning: Edukasi Seksual Adaptif Menggunakan Interactive Visual Card Berbasis COM-B. Program ini dirancang untuk memberikan pendidikan seksual inklusif bagi remaja tunagrahita atau penyandang disabilitas intelektual, melalui metode pembelajaran visual interaktif yang disesuaikan dengan kemampuan kognitif siswa.

“Isu pendidikan seksual di Indonesia masih kerap terhalang stigma dan dianggap tabu untuk dibahas, termasuk di lingkungan sekolah. Akibatnya, banyak remaja yang tumbuh tanpa pengetahuan memadai terkait tubuh, kesehatan reproduksi, dan batasan diri,” ungkap Nur Ramadhan, Kamis (14/8/2025).

Kondisi ini, lanjutnya, semakin menantang bagi remaja penyandang disabilitas intelektual, yang memerlukan pendekatan khusus agar dapat memahami materi secara tepat.

Dalam program ini, tim mengembangkan Interactive Visual Cards sebagai media pembelajaran utama. Kartu tersebut memadukan ilustrasi, warna, dan alur cerita untuk membantu siswa memahami konsep abstrak. 

“Pendekatan ini mengacu pada kerangka COM-B (Capability, Opportunity, Motivation, Behavior), yang diwujudkan melalui storytelling, permainan peran, reaction cards, hingga pentas seni reflektif. Metode tersebut diharapkan tidak hanya menyampaikan informasi, tetapi juga membentuk perilaku positif dan keterampilan sosial berkelanjutan,” papar Nur.

Program ini menunjukkan komitmen mahasiswa UMS untuk menjawab kebutuhan kelompok rentan melalui inovasi. Di tengah masyarakat yang masih membatasi pembahasan pendidikan seksual, hadirnya program ini membawa pesan bahwa edukasi dan perlindungan adalah hak semua remaja, tanpa terkecuali. 

 

0 comments:

Posting Komentar