Jumat, 22 Agustus 2025

Tim pengabdian UMS berfoto bersama dengan Ibu-Ibu PKK Sekarwangi Desa Dibal, Boyolali. Foto: Ist. 

SOLO – Tim pengabdian dari Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) melaksanakan pendampingan pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dari limbah rumah tangga menggunakan komposter. Kegiatan bekerja sama dengan ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Dibal, Boyolali. 

Kegiatan ini didanai oleh Kemdiktisaintek melalui DPPM Tahun Anggaran 2025. Kegiatan dipimpin oleh dosen Pendidikan Akuntansi, Dhany Efita Sari, S.Pd., M.Pd., bersama rekannya, Endang Setyaningsih, S.Si., M.Si., dari Pendidikan Biologi, serta Sitti Retno Faridatussalam, S.E., M.M., dari Ekonomi Pembangunan. Selain itu, dua mahasiswa, Azarin Carissa Putri Laksmi dan Raden Ahmed Abdillah, juga turut berpartisipasi dalam kegiatan ini.

“Kegiatan ini merupakan bagian dari program Akselerasi Kemandirian Ekonomi Ibu-Ibu PKK Desa Dibal melalui integrasi digital, pertanian hijau, dan pengolahan limbah,” ujar Dhany, Jumat (22/8/2025).

Dhany menekankan pentingnya pemanfaatan limbah rumah tangga untuk mendukung ketahanan pangan keluarga dan penerapan konsep ekonomi hijau.

Sesi inti pendampingan dipandu oleh Endang Setyaningsih, yang memberikan pelatihan teknis pembuatan POC menggunakan komposter anaerob. Ia menyampaikan langkah demi langkah, mulai dari memasukkan limbah sayur, menambahkan bioaktivator, hingga merawat komposter agar menghasilkan pupuk cair berkualitas.

Suasana semakin interaktif dalam sesi tanya jawab yang berlangsung pada Jumat (8/8/2025). Para peserta menanyakan jenis sampah yang dapat dimasukkan ke komposter, lama proses pembusukan menggunakan bioaktivator hingga menghasilkan POC siap pakai, serta kendala yang kerap muncul dalam proses pengomposan.

Endang menjelaskan bahwa bahan organik seperti sayur, buah, dan sisa dapur segar dapat dimasukkan, sedangkan bahan anorganik, plastik, kaca, dan limbah kimia harus dihindari. Proses pembusukan dengan bioaktivator rata-rata memakan waktu 7–14 hari, tergantung jenis bahan dan kondisi kelembapan.

“Kendala yang umum ditemui adalah bau menyengat bila terlalu basah, munculnya serangga bila tidak tertutup rapat, atau hasil POC yang encer bila bahan tidak seimbang,” tutur Endang.

Untuk mendukung keberlanjutan program, tim membagikan poster panduan pengomposan menggunakan komposter dan bioaktivator, kartu monitoring POC, serta satu set komposter untuk setiap anggota PKK. Diharapkan, peserta dapat langsung mempraktikkan pengolahan POC di rumah masing-masing. 

Selain itu, tim juga melakukan monitoring setiap 1–2 pekan sekali untuk mencatat jumlah produksi POC yang dihasilkan serta mengevaluasi kendala yang dihadapi ibu-ibu PKK selama praktik pengomposan.

Pendampingan pembuatan POC ditutup dengan pembagian doorprize, sesi dokumentasi bersama, serta penyampaian pesan dari tim agar ibu-ibu terus semangat mengolah sampah rumah tangga menjadi produk bermanfaat.

Salah satu peserta, yang juga ketua PKK, Ibu Ani Sulistiyawati, mengungkapkan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat karena membantu ibu-ibu mengurangi sampah sisa sayur sekaligus mendukung prinsip go green dan green economy.

“Dengan adanya keterampilan baru dalam pengolahan POC menggunakan komposter, ibu-ibu merasa lebih percaya diri untuk memanfaatkan limbah rumah tangga menjadi produk ramah lingkungan yang bernilai guna,” ujar Ani.


0 comments:

Posting Komentar