SOLO – Biro Kemahasiswaan Universitas
Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar kegiatan Qiyamul
Lail Series ke-30. Kegiatan sebagai wujud pembinaan karakter dan spiritual
mahasiswa.
Kegiatan yang digelar
secara daring melalui platform Zoom Meeting, diikuti fungsionaris Organisasi
Mahasiswa (Ormawa) serta mahasiswa penerima Beasiswa Unggulan Mahasiswa
Berprestasi (BUMITA). Acara dimulai pukul 03.00 WIB dan dibuka oleh mahasiswa
magang yang bertindak sebagai host sekaligus moderator kegiatan.
Meskipun berlangsung di
tengah malam, semangat peserta tetap tinggi dalam mengikuti rangkaian kegiatan
spiritual ini, yang tidak hanya memberikan pengalaman ibadah, tetapi juga
pencerahan intelektual dan emosional. Hadir pula jajaran pimpinan Biro
Kemahasiswaan UMS yang turut memberikan apresiasi atas semangat mahasiswa dalam
mengikuti kegiatan pembinaan ini secara konsisten.
Kabag Kaderisasi dan
Da’wah Biro Kemahasiswaan UMS, Dra. Mahasri Shobahiya, M.Ag., mengungkapkan
bahwa kegiatan Qiyamul Lail memang telah menjadi bagian dari pembinaan rutin
yang menitikberatkan pada penguatan nilai-nilai religius, keteladanan, serta
spiritualitas Islam yang rahmatan lil’alamin. Biro Kemahasiswaan UMS terus mendorong
agar kegiatan seperti ini menjadi bagian integral dari proses pembinaan
mahasiswa.
“Kami berharap melalui
Qiyamul Lail, mahasiswa tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga memiliki
fondasi spiritual yang kuat sehingga siap menjadi pemimpin umat dan bangsa di
masa depan,” ujar Mahasri Shobahiya, Kamis (7/5/2025).
Puncak kegiatan diisi tausiyah
inspiratif dari Hepy Adityarini, S.Pd., M.A., Ph.D., selaku Pembina UKM MEDS
UMS, dengan tema “Resiliensi dalam Perspektif Islam: Menjawab Tantangan Generasi
Strawberry.” Tema ini dipilih sebagai respons atas fenomena melemahnya daya
juang sebagian pemuda saat ini yang dikenal dengan istilah “generasi
strawberry” – generasi yang tampak indah dari luar, namun mudah rapuh ketika
menghadapi tekanan atau tantangan.
Dalam ceramahnya, Hepy
menjelaskan bahwa Islam telah memberikan fondasi kokoh untuk membentuk karakter
tangguh dan resilien melalui contoh para nabi, sahabat, dan tokoh-tokoh sejarah
Islam. “Kekuatan sejati dalam Islam tidak diukur dari fisik semata, tetapi dari
keteguhan hati, kesabaran, dan kedekatan dengan Allah,” ujarnya.
Ia menegaskan pentingnya
membentuk jiwa yang tahan uji dengan memperkuat akidah, ibadah yang konsisten,
serta memelihara akhlak dalam pergaulan sehari-hari. Bagi Hepy, resiliensi
bukan hanya kemampuan bertahan dari keterpurukan, tetapi juga kemampuan untuk
bangkit dan tetap tumbuh dalam situasi sulit.
“Pemuda Islam harus
menjadi pribadi yang tidak mudah larut dalam kesedihan, tidak cepat menyerah,
dan mampu menjadikan setiap kegagalan sebagai proses pembelajaran menuju
kematangan iman dan intelektual,” tambahnya.
Kegiatan Qiyamul Lail ini
bukan sekadar ibadah malam yang khusyuk, tetapi juga menjadi forum reflektif
untuk membangkitkan semangat juang mahasiswa dalam menghadapi tantangan zaman.
Dalam suasana khidmat dan syahdu, para peserta diajak untuk merenungi kembali
hakikat hidup, tanggung jawab sebagai khalifah di bumi, serta pentingnya
menjaga semangat menuntut ilmu dalam ridha Allah SWT.
Kegiatan ini sekaligus
memperkuat semangat moderasi beragama, dengan pendekatan dakwah yang sejuk dan
edukatif, menjadikan Islam sebagai sumber solusi atas problematika sosial dan
psikologis generasi muda.
Qiyamul Lail Series 30
yang digelar pada hari Senin (5/5/2025) lalu, menjadi wujud nyata dari
penerapan pendidikan Islam yang menyeluruh (kaffah), yang tidak hanya
berorientasi pada nilai-nilai kognitif, tetapi juga afektif dan spiritual.
Dengan mengangkat tema-tema kontekstual yang relevan dengan kehidupan
mahasiswa, kegiatan ini menjadi media efektif untuk membangun karakter, etos
kerja, dan daya tahan mental dalam menghadapi era digital dan tantangan global.
0 comments:
Posting Komentar